. My Home: Suara kodok

Rabu, 26 Januari 2011

Suara kodok















Musim hujan telah tiba. Petani menyambutnya dengan riang gembira, tapi ada juga yang was-was, khawatir jika banjir bandang melanda. Ah, siapapun tidak bisa menghalangi datangnya bencana, kalau DIA sudah menghendakinya. Kita hanya bisa meminimalisasi kemungkinannya dengan menjaga alam semesta raya.

Tapi, bagaimana bisa? Hutan, sungai, laut, gunung kondisinya semakin memprihatinkan saja. Semuanya rusak oleh tangan-tangan durhaka. Aaaaarrgghhh! *ngomong apa sih?*

Sudahlah, saya sedang tidak ingin membahas sesuatu yang serius.

Kali ini, saya ingin membahas tentang orkestra katak atau nyanyian katak setiap musim hujan tiba. Bagi teman-teman yang berasal dari desa seperti saya atau paling tidak, pernah tinggal di desa ketika musim hujan, pasti pernah mendengar nyanyian katak.

Suara katak yang saling bersahutan bagi saya justru menambah indah suasana malam di desa. Sambil meringkuk di bawah selimut, memeluk guling, bercanda dengan adik, dan diiringi nyanyian katak..

Sungguh indah bukan main!

Lucunya, dari sekian banyak suara katak, ada satu katak yang seolah-olah menjadi instrukturnya/dirigen. Biasanya, bunyi pertamanya, ‘tung’, kemudian diikuti yang lain dengan bunyi ‘kek’. Kalau didengarkan terus menerus jadi ‘tung-kek, tung-kek, tung-kek’. Btw, benar nggak bunyinya begitu? Atau mungkin ada nada yang lain? Yang pasti bukan ‘preeeeeettt!’ :D

Terkadang, sekedar iseng, saya ajak adik saya untuk ikutan berorkestra. Kami suit, yang menang jadi katak bangkong dan berperan sebagai dirigen! :D

Tapi itu suasana dulu.. Duluuuu banget waktu saya masih kecil. Sewaktu desa saya masih banyak pekarangan, waktu desa saya masih asri, waktu desa saya masih banyak ditanami pohon dan bukan beton..

Bagaimana dengan sekarang?

Hmmm..

Saya sudah lama sekali tidak pernah mendengarkan nyanyian katak. Saya bahkan sudah lupa, kapan terakhir kali mendengarkannya. Apalagi setelah hidup berpindah-pindah (nomaden) -jadi ingat karakter manusia purba- dari satu kota ke kota yang lain. Nyaris tidak pernah dengar nyanyian katak lagi.

Tapi setidaknya, dulu, saya pernah mendengarkan katak berorkestra.

Kalau anak-anak sekarang, saya rasa, mendengar suara katak [MUNGKIN] via handphone. Pernah dengar ringtone Hp yang bersuara katak kan?

Nah..

Jangan-jangan, ketika anak-anak mendengar langsung suara si katak, mereka justru akan teringat dengan suara ringtone di Hp dan menyeletuk, ‘Mama, itu kan suara katak yang di Hp. Kok mereka bisa ya ikut-ikutan suara di Hp? Kataknya cerdas!”

*Tambah ngaco!*

Dan malam ini saya sungguh-sungguh rindu pada nyanyian katak. Saya juga teringat, dulu kerap menyanyikan lagunya.

Teoot…ceblung…

Teoot…ceblung

Teoot..teoot..ceblung

Teoot..ceblung

Teoot..ceblung

Teoot..teoot..ceblung

Itu adalah sepotong lirik lagu Nyanyian Katak yang masih saya hafal. Lagu yang sering saya nyanyikan sambil bermain hujan bersama teman-teman kecil dulu.Walaupun endingnya, saya kena marah ibu karena kabur dari tidur siang. Nakal!

Sekarang sudah tidak pernah lagi terdengar nyanyian katak. Setiap kali hujan turun di malam hari, setiap kali itu juga saya teringat suara alam bernama nyanyian katak. Ke mana perginya si pangeran katak? Kapan saya bisa mendengarkan suara merdumu lagi?

.

.

.

.

Miss My Kodok Sound ..:-(

Readmore...

Tidak ada komentar: