. My Home: Burung Kertas (panjang tapi menyentuh)

Selasa, 25 Januari 2011

Burung Kertas (panjang tapi menyentuh)

Alkisah ada sepasang kekasih yang saling mencintai, Johan dan Merry. Mereka sudah berpacaran hampir 3 tahun dan saling memahami masing-masing. Keduanya sudah sama-sama bekerja.

“Kita sudah lama juga nich berpacaran, sudah hampir 3 tahun ya, ga terasa,”kata Merry.

“Iyah. Kita sudah memahami satu sama lain. Hampir setiap hari kita bersama, dan saya ingin menikahimu, sayang…” ucap Johan.

“iyah. sudah seharusnya kita mulai memikirkan untuk pernikahan kita. gimana kalo tahun depan, say?” kata Merry.

“Tahun depan? ehmmm…bagus juga,”ucap Johan. “kita sudah bisa mulai mempersiapkannya sejak sekarang.”

“Iyah, sekarang kita sama-sama kerja lebih keras mempersiapkan uang untuk pernikahan kita,”ucap Merry. “Aku cinta kamu” bisiknya…

“Aku juga cinta kamu,”bisik Johan..

Selanjutnya mereka berdua merencanakan apa-apa yang harus dipersiapkan untuk pernikahan mereka. Seminggu kemudian, Johan berangkat ke luar kota untuk urusan dinas perusahaan tempat dia bekerja. Mereka saling kontak lewat sms dan telpon. Hubungan mereka berdua berjalan baik. Seminggu kemudian….

Johan pulang dari luar kota, menemui Merry.

“Mer, saya akan mendapat kenaikan gaji bulan depan. Jadi kita bisa lebih matang lagi mempersiapkan biaya untuk pernikahan kita,”kata Johan memberi tahu kabar baik ini dengan penuh semangat ke Merry kekasihnya.”

“ehmmm…”Merry mendehem. “Johan, ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu. Aku senang mendengarkan kenaikan gaji yang kamu peroleh. Itu bagus buatmu. Namun setelah seminggu aku renungkan, aku tidak bisa menikah denganmu.”

Johan yang mendengar perkataan ini kaget bukan kepalang. Semua perasaan bercampur aduk dalam dirinya. Kesal, sedih, marah, bingung, dan perasaan-perasaan lain bergemuruh dalam dirinya. Namun ia tetap berusaha mengendalikan dirinya.

“Kenapa???” tanyanya… “bukankah barusan saja seminggu lalu, kita membicarakan tentang pernikahan kita nantinya. Kita sudah 3 tahun ini berpacaran.”

“Seminggu ini aku berpikir selama kamu dinas ke luar kota. Aku berpikir bahwa kamu kurang mempunyai penghasilan yang cukup untuk membiayai kehidupan kita nantinya setelah pernikahan. Aku merasa gaji kamu tidak cukup. Dan aku dijodohkan orang tuaku ke seseorang yang mempunyai jauh lebih banyak uang dari mu,”jelas Merry.. “Aku mohon maaf, aku terpaksa tidak jadi karena dijodohkan orang tuaku,”lanjutnya. Lantas Merry berlalu meninggalkan Johan yang berdiri terdiam, terpaku..

Johan merasa kecewa sekali..Ia merasakan sakit di hati yang teramat dalam. Hubungan yang dibina hampir 3 tahun, hancur hari ini. Hanya karena uang yang tidak cukup kata Merry… Hari itu ia merasakan dunia mengguncang dirinya..

Johan hari itu memutuskan ia harus keluar kota, meninggalkan semua kenangan yang ada. Ia tidak mau melihat Merry menikah dengan orang lain. Ia merasa sakit hati, kecewa, semua perasaan berkecamuk di dalam dirinya. Ia merasa karena dirinya tidak cukup punya uang, lantas Merry yang selama ini mendampinginya sebagai pacarnya, akhirnya meninggalkannya. Johan akhirnya keluar dari kota tempat tinggalnya, dan pergi merantau.Ia mulai mencari kehidupan di kota lain.

Waktu berlalu, setahun sudah berlalu, tahun berganti tahun. Lima tahun kemudian, Johan pulang kembali ke kota tempat tinggalnya. Namun dengan penampilan yang berbeda. Ia mengendarai sebuah mobil mewah, beda sekali dengan keadaannya yang dulu, yang cuma mengendarai sepeda motor, itupun sepeda motor butut. Ia telah mempunyai mobil mewah sendiri sekarang, penampilannya pun jauh berubah. Johan telah menjadi seorang pengusaha sukses sekarang ini. Kekecewaannya 5 tahun lalu, ternyata membuatnya termotivasi mengubah kehidupan agar menjadi seorang yang sukses, bukan orang rata-rata. Masih terngiang di telinga Johan, ucapan Merry saat meninggalkannya.

Johan berkendaraan mengelilingi kota tempat tinggalnya, melihat-liat kemajuan perkembangan kotanya. Ia berkeliling dengan mobil mewahnya. Ketika ia melewati sebuah taman tempat ia dahulu sering berjalan bersama Merry, ia melihat sesosok tubuh yang sepertinya dikenalnya.

Ahaa…. “Itu kan papa Merry…”ucap Johan dalam hati. Hati Johan berdesir.. Sedikit keingintahuan bagaimana keadaan Merry sekarang. Bagaimana keadaan Merry sekarang dengan keluarganya. Johan sendiri belum berkeluarga. Antara rasa ingin tahu dan rasa kecewa, akhirnya Johan menyapa papa nya Merry.

“Pakabar Om?”sapa Johan pada orang tua itu.

Papa Merry kaget. Ia mendengar suara yang pernah dan sering didengarnya dulu. Orang tua itu mencari asal suara, kemudian ia melihat seorang pria dengan pakaian rapi yang berdiri di sebuah mobil mewah.

“Johan ya?????” tanya papa Merry dengan sedikit ragu. Ia masih mengenali pria yang pernah menjadi pacar dari puterinya itu.

“Iyah Om…. Ini Johan… Om masih ingat kan? Pakabarnya Om?,”tanya Johan lagi..

“Ooo… Om baek-baek saja. Wah lama tidak ketemu kamu, kamu banyak kemajuan sekali, om senang kamu jauh berubah, jauh sukses..” kata papa Merry..

“Terima kasih Om… Gimana kabar Merry?”tanya Johan pada orang tua itu. Ia merasa perasaan berkecamuk, keingintahuan bagaimana kondisi Merry dan keluarganya, serta perasaan kecewa masih sedikit membekas di hatinya.

“Oohh… soal Merry ya… Mari kita ke rumah Om,”ajak papa Mery.

Johan lantas mengajak papa Merry naik ke dalam mobilnya dan melajukan ke rumah Papa Merry, rumah dimana ia dulu sering bertandang. Ia masih ingat semua kenangan manisnya bersama Merry di rumah itu. Ia pun masuk ke dalam rumah mantan pacarnya itu. Papanya Merry mempersilahkan Johan untuk duduk.

Johan pun duduk mengamati ruangan dan photo-photo di dalam rumah itu. Tidak tampak banyak perubahan. Foto Merry masih terpampang di sana. Namun Johan tidak melihat foto Merry bersama suaminya atau anaknya. Yang ada foto Merry sedang sendiri atau bersama orang tuanya. Malah foto Merry bersama Johan pun masih terpasang di sana. Rumah yang dulu terasa ramai karena senda gurau Johan dan Merry, sekarang dirasakan oleh Johan malah lebih sepi, lebih hening. Johan merasa sedikit kejanggalan, tidak terdengar suara anak-anak. Padahal menurut hitungan Johan, setelah 5 tahun dia berpisah dengan Merry, Merry pastilah sudah mempunyai 1 atau 2 orang putera/i.

“Nak Johan..”suara papa Merry mengagetkan Johan, membuyarkan kenangan dan juga kebingungan yang dirasakan Johan.

“Johan, ini ada sekotak bingkisan yang dititipkan Merry buat kamu sebelum dia pindah dari rumah ini,”kata papa Merry pada Johan. “Cobalah dilihat isinya, om sendiri tidak tahu apa isinya, cuma Merry berpesan agar Om menyampaikan sekotak bingkisan ini buat kamu, dia berpesan berulang kali, ini penting katanya,”ucap Papa Merry pada Johan.

Johan cepat menerima sekotak bingkisan yang terbungkus rapi dan indah itu, dengan penasaran dan perasaan berkecamuk, dibukanya kotak itu… Dan dilihatnya dan didapatinya di dalam kotak itu banyak sekali burung-burung kertas, ada puluhan atau mungkin ratusan atau bahkan ribuan burung-burung kertas..

Johan bingung, ada apa dengan banyaknya burung-burung kertas ini… Ia menatap ke arah tumpukan burung-burung kertas itu, matanya sekilas melirik ada sebuah amplop di dalamnya..Ia kemudian meraih sebuah amplop di antara tumpukan burung-burung kertas itu, kemudian meraih sehelai surat di dalamnya…

Dibacanya surat itu :

23 April 2006 di sebuah kota penuh cinta dan kasih

Buat Johan tersayang….

Ini surat yang terakhir kutulis. Mungkin ketika kamu membaca surat ini, aku sudah tidak di rumah ini lagi. Aku berpesan pada ayahku agar beliau betul-betul bisa menyampaikan ini padamu, karena di sinilah aku akan bercerita setelah perjumpaan kita yang terakhir di taman itu, sekaligus itu pertemuan kita yang terakhir. Di dalam kotak ini, terdapat burung-burung kertas yang kubuat satu buah setiap malam setiap hari. Burung-burung kertas ini kubuat melambangkan kerinduanku padamu, dan juga perlambang agar kamu suatu hari bisa terbang gagah seperti burung, terbang kemana saja, karena aku tiap malam mendoakanmu agar kamu bisa sukses, bisa jauh berhasil, bisa terbang ke negara manapun seperti impian-impianmu yang dulu engkau ceritakan kepadaku. Aku mendukung impian-impianmu itu dan kudoakan selalu tiap malam seperti halnya aku membuat burung-burung kertas ini. Hari itu, hari terakhir kita bertemu sekaligus perpisahan kita, itu terasa sangat menyakitkan bagiku, sangat membuat hatiku pedih, aku terpaksa berbohong kepadamu, bahwa aku harus menikah dengan pria lain yang dijodohkan orang tuaku. Semua itu, kebohongan ku padamu itu terpaksa kulakukan walau terasa pedih di hatiku. Karena aku tidak ingin membebankan kamu, Johan. Aku menderita Leukimia yang parah. Aku tidak ingin kamu turut menderita bersamaku. Aku tidak ingin kamu menjadi terhambat kesuksesanmu karena mengurus aku yang berpenyakit parah ini. Aku ingin melihatmu sukses, mendengarkan kisah suksesmu, seperti yang sering kamu ceritakan kepadaku tentang impian-impianmu. Aku ingin kamu bahagia, bisa membahagiakan orang tuamu, orang-orang yang kamu cintai. Aku sebetulnya ingin sekali menikah denganmu, menjadi pasangan hidup yang bisa menemanimu di saat-saat susah ataupun saat kamu sudah menjadi sukses. Aku menantikanmu setiap saat, setiap hari, setiap malam, sambil membuat burung-burung kertas ini, pertanda bahwa cintaku dan doaku agar kamu sukses makin bertambah satu setiap harinya, sama seperti burung-burung kertas ini. Johan, aku tidak tau apakah aku masih sempat bertemu denganmu.. Aku tetap dan selalu mencintaimu, Johanku…

Love,

Merry, cinta mu yang tak pernah berakhir

Johan diam tak bisa berkata apa-apa…

“Nak Johan, Merry sudah meninggalkan rumah ini untuk selama-lamanya sejak 2 tahun lalu, seminggu setelah ia menyerahkan kotak bingkisan ini pada om. Ia menderita Leukimia yang parah, namun ia tidak mau memberitahukan hal ini padamu,”jelas papa Merry..

Nah, para pembaca blog saya ini…. Bagaimana kisah ini menurut Anda?

Readmore...

Tidak ada komentar: