entah karna apa, beberapa hari ini beberapa bagian dalam otak selalu mengeluarkan keinginan untuk merangkai jejeran alfabet yg berwarna putih diatas kotak2 kecil berwarna hitam, dari satu huruf menjadi kata, satu kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf.
hingga tersusunlah semua itu menjadi cerita dalam alam simulakrum dan mengalir bagai ombak soliton.
ketika lelah hinggap, lamban menyelinap masuk dalam ulu hati, tak ubah setitik air yg meramban pelan namun pasti.
rapuh . . .
sang penerang malam, sang penyejuk siang, memberikan semacam kabar untuk satu gambaran tentang apa yg sebenarnya terjadi saat ini, disini, di alam ini, jauh di dasar jiwa ini.
heeyyyy . . . .
ada apa di dalam dasar jiwa ini . . .? mengapa terlalu pekat untuk bisa kumencari . . . ? ?
tok tok tok . . .
bolehkah aku mengetuk pintu dasar jiwa itu . . . ? ? ? hanya untuk sekedar ingin tahu tentang apa yg sebenarnnya terjadi.
mengapa tak ada satu sosok pun yg menjawab semua tanya itu . ?
telah menetes butiran lembut dari langit, ketika gelap mulai berangsur pergi.
satu persatu sandiwara itu mulai dimainkan kembali dengan para pemeran yg tak henti2nya berusaha untuk mengelabui satu sama lainnya.
nampak bercengkrama tiga burung kecil bertengger di untaian panjang kabel2 yg saling terhubung.
seakan mencoba untuk tak perduli dengan semua yg terjadi dengan segala kebohongan yg akan terjadi.
namun tak lama kemudian mereka terbang mengepakan sayap jauh keatas langit, karna di dasar jiwa mereka ...
mereka lelah untuk melihat segala kebohongan yang terjadi, tanpa di ketahui bahwa semua itu telah terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar