. My Home: CIN(T)A

Kamis, 06 Januari 2011

CIN(T)A

Saya muslim, jadi saya serahkan ke keluarga, jadi tidak ada masalah,” jelasnya.

Meskipun merelakan putri bungsunya pindah agama, ayah Melissa tidak ingin menyesal. Keluarga Melissa hadir dalam pernikahan untuk mendukung kebahagiaan putrinya.

Semua sudah ketentuan Allah, apapun yang terjadi saya yakini Allah. Kita semua sudah ada ketentuan. Semua itu bukan kehendak kita masing-masing. Akhirnya kembali pada keyakinan dan kita mengharapkan mana yang benar,” jelas Anshori.[fjsr]

Kutipan diatas diambil dari sebuah :SITUS


Ketika saya membuat blog ini, saya merasakan suatu hal yang memang perlu diungkapkan kepermukaan, yang bisa membuka pikiran akan hal dan keinginan lain yang bisa terjadi dari apa yang kita pikir dan harapkan. Hal apakah itu….?


Apakah itu merupakan kehendak (T)uhan, yang disebut takdir, atau jelas pilihan manusia semata untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya dengan menjalin hubungan dengan pasangan yang berbeda iman dan kepercayaan?

Apa yang bisa kita lakukan, apa yang kita bisa hindari, jika akhirnya terjadi juga.


Apakah dosa melakukannya, bagaimana agar tidak dosa?


Saya mencoba membahas dengan semua pengetahuan yang saya miliki, dan berdasarkan pengalaman yang saya temui, berita dan segala sesuatu yang mendukung saya dalam membahas akan hal ini.

Cinta datang tentunya tak bisa dihindari. Jika kita mencintai seseorang yang berbeda agama, bisakah langsung menstop segala perasaan itu ? Seandainya kita berkenalan dengan seseorang, lalu ingin melanjutkan kearah yang lebih dekat lagi, tentu yang pertama kali kita harus tanya adalah apa agamanya, apa kepercayaannya? Jika ternyata berbeda, kita tentunya harus mulai membatasi perasaan kita agar kita tidak mempunyai perasaan yang berlarut larut makin dalam.


Tapi pada kenyataannya, teori itu benar kata orang, mudah diucapkan tapi susah ketika mempraktekkannya.


Apalagi yang menyangkut urusan perasaan. Disatu sisi yang satu akan berpikir, kalau jodoh dia pasti akan pindah ke agamaku, juga yang satu akan mengatakan dan berharapan sama, dan sampai pada hari pernikahan itupun tetap kekeh dengan pendirian dan harapan masing masing.


Setelah menikah ternyata bisa jadi banyak sekali hal yang dapat terjadi tanpa bisa diprediksikan. Yang satu terpanggil, yang lain bahagia, yang satu lainnya terpanggil, yang satu merasa penuh kemenangan. Tapi bagaimana dengan keluarga yang satu?


Mungkin akan mengatakan apa mau dikata, itu sudah kehendak (T)uhan, atau bisa juga dari sudut yang lain akan mengatakan,sebuah aib, atau sebuah bencana...


Apa yang harus dan bisa manusia lakukan untuk satu hal yang sangat complicated tersebut?


William shakespeare mengatakan CINTA ITU BUTA, jika begitu bagaimana kebutaan itu dapat melihat untuk hal satu itu?



Biarkan saja semuanya mengalir, manusia boleh berencana, tapi segala sesuatunya tentu akan ditentukan bukan oleh kita. Oleh (T)uhan yang kita sembah dengan cara yang berbeda, yang bisa dimajinasikan dalam setiap kepala manusia tanpa pernah bisa meyakinkan seperti apa kepastiannya.

Saya hanya berpikir, jika itu kehendak (T)uhan, adakah yang bisa menghalanginya, membuatnya tidak terjadi padahal (T)uhan menghendaki terjadi. Semua merasa paling benar, semua merasa tidak salah, apa kita mengetahui apa kehendak (T)uhan yang sebenarnya?


Adakah suatu hasil akhir dari semuanya ini?

Tetap merupakan fenomena.


Semuanya memagari diri agar tidak mengalami, tapi bila hal itu akhirnya juga terjadi, apa yang harus kita lakuan?

Menyesal, mengumpat, meninggalkan, menghindari, atau justru membenamkan diri untuk larut didalamnya?


Tak ada jawaban pasti dari semunya itu, sama halnya dengan imajinasi kita terhadap penguasa yang tak kelihatan, yang hanya bisa kita imajinasikan dalam pikiran dan kita rasakan dalam hati kita.


Ada sebuah hubungan yang bisa dibilang sangat unik, entah apa yang ada dalam pikiran orang yang terlibat didalamnya, dua insan yang berbeda agama, yaitu agama A,dan agama B, kemudian dalam agama ketiga-lah yaitu AgamaC yang mereka anut setelah keduanya bertemu, mereka menikah. Keduanya bahagia dengan pernikahan mereka sampai sekarang.


Tuhan menciptakan perbedaan dan kemudian (T)uhan juga menciptakan cinta.Apakah menjadi korelasi yang benar atau terlihat dipaksakan?


Apakah itu kehendak mereka, ataukah kehendak (T)uhan? Jika mengatakan kehendak mereka, tentu saja benar karena itu sudah terjadi, tapi bila kemudian dikatakan itu adalah kehendak (T)uhan siapa yang bisa memungkiri karena mereka bahagia sampai sekarang. Bukankah apa yang (T)uhan kehendaki itu pasti terjadi? Dan berakhir bahagia?


Apakah selalu melulu bahagia? Sebagian mengatakan ya, sebagian mengatakan justru sebaliknya.


Siapa yang bisa menyamai pikiran dan rencana (T)uhan?


Siapa yang bisa memutihkan rambutnya barang sehelai saja tanpa ijin (T)uhan?


Bagaimana menyikapi kejadian diatas?

Tentu saja lagi lagi menjadi sebuah fenomena.


Saat ini, dunia banyak sekali bersliweran akan :

LOGIKA

NALAR

RASIO

AKAL

PIKIRAN


Apa yang dibutuhkan selain dari semuanya itu? MUZIZAT.


Manusia boleh mempunyai 7 gelar dibelakang namanya, memiliki IQ sampai 160, dinamakan super jenius,tapi ada suatu hal yang tidak bisa dibahas dan dipikirkan dengan apa yang manusia miliki sebagai manusia yang kecil dihadapan sang Pencipta.


Hal yang terjadi diluar dari semua logika, nalar, rasio, akal, dan juga pikiran. Apakah hal tersebut ? MUZIZAT….kehendak (T)uhan yang terjadi.


Menyangkal cinta dan mengakui (T)uhannya?

Atau

Menyangkal (T)uhannya dan mengakui cinta?

Atau

Menyangkal (T)uhannya dan menyangkal cinta lalu kemudian menjadi atheis dan menjadi pemberontak?

Atau

Menyangkal (T)uhan dan mengakui cinta dengan mencari (T)uhan baru untuk keduanya?


Picikkah seseorang yang melakukan pernikahan beda agama, atau justru sebaliknya, picikkah orang yang melarang pernikahan beda agama?


Sebuah pandangan yang sangat dilematis


Siapa yang bisa menjadi (T)uhan atas kehidupan orang lain?


Siapa yang bisa membatasi kuasa (T)uhan untuk kehidupan orang lain, dan siapakah yang bisa merencanakan kehidupannya sendiri tanpa campur tangan (T)uhan didalamnya?


Siapakah yang mengatakan keyakinanya benar kemudian mengatakan keyakinan orang lain tidak benar, apakah kita berhak menghakimi, karena menghakimi adalah tugas tunggal dari (T)uhan sendiri?


Apakah semuanya bisa terungkap saat dunia ini masih berwujud dunia, dan manusia ini masih berwujud manusia?


Pernikahan adalah suatu hal suci yang terjadi dalam kehidupan dua insan yang saling mencintai atas kehendak (T)uhan. Jika kemudian dikatakan pernikahan yang telah terjadi itu terlarang, berarti kehendak (T)uhan sebenarnya tidak terjadi dalam pernikahan mereka? Jika tidak terjadi, kenapa pernikahan itu dapat berlangsung?


Bisakah anda menjawabnya? Tentu lagi lagi bagi saya adalah sebuah FENOMENA.


Lakukan yang bisa kita lakukan, perjuangkan apa yang kita bisa perjuangkan, imani apa yang kita bisa imani, percayai apa yang dapat kita percayai, tapi bila ada hal lain yang terjadi diluar semuanya itu, biarkan mengalir karena kita tentunya tidak bisa lagi melawan kehendak yang maha Kuasa.


Terimalah semuanya itu , karena siapa yang bisa melawan kehendak (T)uhan?

Readmore...

Tidak ada komentar: